#Backpackmoon: Finally Gili (Trawangan)
11/01/2014 08:30:00 PM
Terbius oleh buku berjudul Sunset bersama Rosie yang ditulis oleh Darwis- Tereliye membuat saya memasukkan Gili Trawangan dalam daftar destinasi yang harus dikunjungi. Jika ada yang membaca buku yang mengambil konsep cerita dari peristiwa bom Jimbaran Bali ini, kalian menjadi teman saya yang hatinya bergidik pilu atas peristiwa pengeboman yang maha dasyat kala itu. Namun sang penulis juga berhasil melukiskan keindahan Gili Trawangan dalam buku tersebut sehingga membuat saya menjadi Kemal (kepo maksimal). *heuuu
Suami berangkat ke Sulawesi tepat dihari ketiga setelah pernikahan kami-selama 2 minggu, boleh kasih saya judul lagu lain selain Bang Toyib?!? Oh well, itu pertanda bahwa 'Kamu hanimun sama bantal, put'. Tapi hikmah dari keberangkatannya adalah saya berhak menentukan tempat tujuan untuk Honeymoon yang sesungguhnya tidak pernah direncanakan, maka tanpa fikir panjang dengan mantap; Gili Trawangan yeeaaay !! (kalo Turki kesian. akakaka)
Saya sarankan jangan mengkuti jalur yang kami gunakan jika ingin instant, kami sangat menyukai gaya treveling overland, selain dengan motor tentu saja dengan kereta yang kami anggap lebih romantis. Naik kereta Tawang Alun dari Malang menuju Banyuwangi, kemudian menyebrang dengan kapal ke Pelabuhan Gilimanuk yang jadwalnya ada setiap satu jam. Dari sana menggunakan Mini Bus, kami langsung menuju Pelabuhan Padang Bai untuk kembali naik kapal laut ke Lombok, tiba di Pelabuhan Lembar perjalanan belum berakhir karena harus menuju dermaga Bangsal untuk baru kemudian bertemu tiga Gili yakni Gili Air, Gili meno dan paling ujungnya Gili Trawangan ! (Itu adalah rekor overland terpanjang yang saya alami)
Jangan bayangkan Bali atau Lombok besarnya, yang masih dapat ditemukan orang lokal untuk menikmati pantai, di Gili Trawangan saya satu-satunya turis lokal-dan-berhijab. Seluruh papan petunjuk ataupun menu restoran tidak ada yang berbahasa Indonesia, menunya pun western semua, apalagi percakapan dengan bahasa sendiri. All people using English, here!
Kami memang datang di low season jadi mungkin itulah alasan kenapa pulau ini disisi banyak turis asing, tapi rasanya aneh saja jika merasa asing di negera kita sendiri. Tereliye tidak salah dalam mengungkapkan keindahan alam Gili Trawangan. Air lautnya sangat jernih, pulau Lombok dan Rinjani akan sangat terlihat cantik saat matahari terbit, pantaslah orang asing itu pada suka, kalian yang orang Indonesia.. mainlah kesini yaa.
Siapapun rela basah untuk ini |
Janji gak renang, balik ke hotel tetep ajah basyaah. ehehe |
Fahmi bilang perubahan harga di Trawangan berkembang dengan tidak wajar, jika memang mahal tapi menu lokalnya bervariasi sih masih bisa dimaklumi. Tapi kami pesan satu-satunya menu lokal yaitu Laksa, harganya mencapai 95.000, sisanya menu kebarat-baratan yang harganya gak kalah mencekik. Bagi saya memberi harga tinggi untuk Bule sih silahkan saja, hanya saja harusnya ada perbedaan untuk turis lokal seperti di Bali.
Sunrise ini saya ambil sendirian karena Fahmi masih molor, gak kalah adoreable kan?! :) |
![]() |
Suasana pasar malam Gili Trawangan |
Waktu yang baik berkunjung ke Gili Trawangan atapun dua Gili lainnya adalah dimusim kemarau, setelah merasakan besarnya arus saat menyebrang dari Bangsal, pasti akan semakin mengerikan jika dilakukan saat hujan, kemarin saja saya udah jerit-jerit saking seramnya. Tapi saya nggak kapok, someday ingin berkunjung kembali lebih lama sambil membaca kembali novel mengharukannya om Tereliye ;')
![]() |
Couple of black. yeah !! |
Gili Trawangan memang indah, tapi mataharinya itu loh..... pft |
4 komentar
Kece kaa!! Pas baca sunset bersama rosie akupun ngebayangin sepenggal surga di timur sana yang bernama gili trawangan. Semoga aku bisa secepatnya kesana juga. Aamiin 😁
ReplyDeleteAmiiiiin, pasti bisalah.. Gampang nyebrang langsung dari Bali juga bisa. Hihii
DeletePutri sama bantal..fahmi sama cumi..hehe
ReplyDeleteMz jangan ungkit kembali masa lalu yg kelam itu mz -_____-
DeletePembaca yang baik selalu meninggalkan jejak :)