Teman Baru Di Pulau Pramuka
6/11/2013 06:36:00 PM
Ini
tentang perjalanan saya dan dua sahabat terbaik; dunia-insyaallah akhirat Sarah dan Tika, awal perjalanan yang membuat kami dijangkit virus traveling, dijangkit kecintaan pada tanah air dan menemukan banyak pembelajaran
hidup. Diawal tahun 2012 Sarah
menceritakan suatu tempat yang katanya sangat indah yakni Pantai Sawarna. Saya
benar-benar belum penah mendengar nama tempat itu sebelumnya. Dia bercerita dengan antusias, karena memang ada teman kampusnya yang berasal dari desa dekat Sawarna. Kamipun mencoba browsing dan googling untuk mendapatkan deskripsi dari pantai
Sawarna dan seketika niat kami bulat *noted! mark! garis merah* SAWARNA!
![]() |
Yang wajib dikunjungi di Pulau Pramuka |
Saya
dan Tika yang memiliki waktu free yang terbatas dikarenakan bekerja sambil
kuliah, jadi kami begitu sulit untuk mendapatkan hari libur yang bersamaan ditambah jadwal
kuliah Sarah. Di bulan Februari akhirnya kami bertiga mempunyai 2 hari libur
yang bersamaan, namun setelah browsing dan mempelajari akomodasi menuju Sawarna
yang jarak tempuhnya hampir 9 jam dari Jakarta sungguh tidak memungkinkan,
dengan berat hati rencanapun kami kubur. Eemmn wait, di tunda! Yaph kami selalu
yakin bahwa pasti bisa tiba disana nantinya. Hanya butuh yakin !!
Batal ke Sawarna tidak membuat kami menyia-nyiakan waktu untuk tidak traveling bersama, bermodal google dan internet kami mencari tujuan pantai terdekat untuk mengobati rasa ingin ke Sawarna. Finally jawabannya adalah Pantai Pramuka! Pantai ini berada di kepulauan seribu jadi tentu aksesnya mudah dan cukup waktu untuk bisa ditempuh dari Jakarta ketika weekend.
Sesuai
info yang didapat-dari-om-google kami berangkat pagi untuk mengejar kapal yang
di jadwalkan jam 10 siang. Untuk menuju ke Pulau Pramuka kita bisa menyebrang
dari Muara Angke, Marina Ancol atau Tanjung Pasir, kami pilih akses terdekat yaitu Muara Angke. Ternyata tidak menyebrang dengan kapal, tapi dengan perahu yang lumayan besar. Terlihat banyak peralatan diving yang diangkut, melihatnya jadi semangat untuk
segera tiba disana.
Oiyaah, kami ini bergolong Backpaker dan bukan ala koper jadi tidak banyak perbekalan yang
atau snack yang dibawa ketika jalan-jalan. Bahkan menginap pun kami belum tahu
dimana nanti, the plan is no plan! Maka 2 jam perlautan kita habiskan saja
mengobrol dan menikmati alam; Laut (3 gadis yang gila memang) :D
Ba’da
Zuhur perahupun merapat ke dermaga dan maaf jika kami... katakanlah norak!
Melihat ratusan ikan-ikan kecil berkumpul di pinggir dermaga, airnya jernih jadi
mereka bisa dengan percaya diri untuk memamerkan atraksinya. Itu langkah kaki
pertama paling bahagia, lebih elegan dari aktris Hollywood di red carpet
mungkin hahaa. Saya tidak pernah merasa begitu ringan untuk bisa berpijak
di suatu tempat asing. Yaaah tapi benar Indah ! Thanks God
Setibanya
kami langsung berjalan mengelilingi pulau yang ternyata hanya membutuhkan waktu
setengah jam. Pulau Pramuka memiliki penduduk yang tidak terlalu padat, pulau
sekecil itu mungkin berisi penduduk yang saling memiliki ikatan darah (mungkin yah). Waktunya
mencari penginapan untuk kita menginap satu malam. Allah Maha Pemberi petunjuk, ada ibu paruh baya yang berada di sebuah warung. Kami menyapa ibu tersebut dan.... Jengjeenggg ”Adek tau dari mana kalo ibu punya Homestay ??”Pertanyaan bu Tati
yang membuat kita senang skaligus bingung. ”Iya bu, kita dikasih tau sama Iin.” Jawab Sarah mantap dengan senyum manisnya, saya dan Tika pun bingung.. Siapa Iin yang disebut Sarah barusan?? Tapi kita hanya ikutan melempar senyum
ke ibu Tati.
![]() |
Menyebrang ke penangkaran Hiu |
Untuk urusan nego dan tawar-menawar adalah hal yang paling menyenangkan, sekaligus menyiksa orang hahahaa. Ternyata Ibu Tati juga memiliki penyewaan peralatan untuk snorkling, ah sempurna! Setelah dirayu dari ujung kaki sampai ujung rambut akhirnya beliau memberi kami harga penginapan+alat snorkling yang super murah *ataukasihankaliyaaah* yaaa apapunlah :D
Homestaynya
punya fasilitas lumayan komplit, dari Tv, dispenser, AC, toilet didalam dan kasur yang
sepertinya cukup untuk 7 orang. Alhamdulillah ya Raab! Nah kembali ke Iin, siapakah sebenarnya Iin yang dimaksud Sarah tadi ?? Ketika kita tanya “Saa, tadi jawab Iin itu siapa? Temen lu? Dia pernah kesini beneran??” Dan Sarah pun menjawab
“Hahhahaa kagak, gue gak punya temen yang namanya Iin. Iin itu maksudnya INTUISI.” *Gubraaakkk* ketawa guling-gulinglah kita semua. Yaah aneh memang, dari
sekian orang yang kita lewati cuma Bu Tati yang tadi kita sapa dan begitu
kebetulan punya apa yang kita cari. Bukan kebetulan pasti ya, tapi memang sudah rencara Allah.
Setelah berganti baju, kami menuju masjid untuk menghadap Ilahi dan kirim laporan syukur hari ini. Di pulau pramuka ada Masjid yang luas banget loh, keren! Lanjut jalan-jalan sore sambil menikmati sunset. Inilah fun nya jalan-jalan di Indonesia, warganya ramah meskipun belum saling kenal. Setelah sekali memutar pulau, kita menemukan bibir pantai yang berpasir karna kebanyakan bibir pantai di sana banyak di tanami bibit bakau. Kami sempat mengunjungi penangkaran penyu yang berada di tengah pulau, Pramuka memang pulau yang begitu memperhatikan kelestariannya. Karena dimana-mana bisa ditemukan bibit pohon bakau, Syukur! Bahagia! Perasaan yang mencuat saat melihat manusia bisa berkontribusi pada alam, pada tanah yang telah memberi mereka penghidupan.
![]() |
Menikmati matahari terbenam |
Setelah
puas merekam sunset ,main pasir makan bakso, es campur dan jajanan lainnya kami
kembali ke homestay. ”Kita bobok lucunya maksimal 5 jam yah!” Itu kesepakatan
agar kami bisa mengejar sunrise besok pagi. Jam 5 subuh kami sudah bangun, yaaah sayangkan kalo waktu dibuang-buang cuma untuk banyak tidur. Itu salah
satu prinsip saya ketika traveling, istihahat secukupnya saja. Planingnya kita
ke pantai yang ada di sebelah timur pulau, harus menembus sedikit hutan tapiiii... dapetnya the best! Duuh, bagaimana bisa.. Matahari yang hanya satu selalu bisa begitu beda cantiknya, selalu beda tiap tempat. Itu satu-satunya pertanyaan yang selalu terlintas
di benak jika langit mulai berwarna anggun, ya bukan warna orange.. tapi anggun!
Satu masalah, dimana kita bisa menyimpan kunci homestay dengan aman? Kita sengaja berangkat tanpa handphone bahkan sandal dari homestay, gak mungkinkan kita bawa ikut berenang? -,- Akhirnya kami menemukan batu di pinggir pantai, entah gila, nekat, bodoh atau pasrah?! Kami memutuskan menyembunyikan kunci homestay dengan tanda batu itu.
Ryan dan Alfin masi kelas 3 SMA, karna kami lebih senior mereka jadi bingung harus memanggil kami dengan sebutan apa. ”panggil aja broh!“ itu kesepakatan yang dibuat hahahaa. Dan hal yang membuat kami tercengang, Ryan dan Alfin berenang dan tenggelam tanya alat snorkling apapun kecuali kaca mata renang, mereka juga membawa sejenis alat menombak ikan.Wow.. saya sangat takjub saat melihat mereka menyelam di sekitar kedalaman 10 meter untuk menombak ikan di dasar karang dengan menahan nafas begitu lama-Hebat. Mereka benar-benar cucu si nenek moyang (seorang pelaut). Mereka asik untuk diajak mengobrol dan bercanda, 2 pemuda asli pulau yang memiliki cita-cita kuliah di Perguruan Tinggi Negeri di Jakarta; Sederhana! Doa kami ikut terbang kala itu.
Mereka menuntun ke spot menyelam yang lebih bagus, view bawah laut yang begitu menabjubkan membuat kami tidak lagi berpegangan tangan satu-sama lain, Alfin dan Ryan terus memperingatkan kita untuk tidak berenang terlalu jauh dari mereka, ah mereka benar orang baik, amat baik! “Mau minum-minum kopi dulu diwarung pinggir pantai??” Tawaran dari Alfin yang sayang untuk ditolak, mungkin karna mereka tahu kami mulai kedinginan.
Proses
kembali menuju bibir pantai rasanya lebih capek dari pada menuju tengah laut, mungkin
karena beda motivasi. Alfin dan Ryan begitu cepat, lucunya mereka terus
mendahului dan berhenti menunggu kami yang selalu tertinggal, jika saja dipakai menombak mereka sudah dapat 1 lusin ikan, maklumlah penyelam
amatiran :D
Kopi-kopi kita ternyata traktiran dari sang tuan-pulau (Ryan-Alfin) waktu sekitar jam 10 siang, banyak hal yang kita obrolkan ber 5, dari penduduk pulau, sekolah mereka dan perkembangan pariwisata disana. Sekali lagi mereka memang benar pemuda-pemuda yang baik, Alfin dan Ryan sempat membicarakan suatu tempat yang belum kami tau dimana, mereka menghitung-hitung waktu kepulangan kami yang sudah memilikin tiket kapal jam 3 sore. Menghubungi kawan untuk memastika perahu. And then ,,,
”Siip
ayoo ikut ke penangkaran Hiu gak jauh ,cukup ko waktunya perahu udah siap“
Aaaaaakkk betapa manisnya mereka itu. Hanya hitungan jam beberapa menit, mereka
bisa begitu welcome dan baiknya, ah Indonesian people..
Saya, Sarah dan Tika harus kembali ke homestay untuk mengambil dompet dan handphone. Tanpa
sempat berganti baju langsunglah menuju dermaga. Betapa kerennya kami di tunggu
perahu yang sudah stanby oleh Ryan, Afin serta pemilik kapal kenalan mereka. Tempat penangkaran hiu nya berada di tengah laut, lama menyebrang sekitar
15 menit. Saat tiba kami langsung berhamburan dan teriak kegirangan, banyak hiu
*iyalah*hahahaa. Tempat Penangkaran Hiu tersebut sama seperti pada umumnya, dengan bangunan kayu yang mengapung dan tambak yang disekat berbedanya ya
isinya ikan hiu segala ukuran, serem -____-.
Cuacanya panas bukan main, tapi gak berarti rasanya karena sangat asik bermain bersama Ryan dan Alfin. Dan mereka itu juga cukup gila, gila karena menawarkan hal yang gila “Mau coba pegang Bulu Babi nggak??” Tawar Alfin. Beuhhh, inget barusan nyelam ajah kita begitu takut karena banyaknya bulu babi yang bertebaran di dasar laut, dan perdebatanpun di mulai. Untuk membuktikan itu aman Ryan turun dan mengambilnya, dengan gerakan kilat ala magician hewan beracun itu sudah ada ditelapak tangannya. Gilaaaaaaaaaa..
Tika yang anaknya heboh terus meringis dan kekeh tidak mau mencoba, tapi saya dan sarah tertarik. Gantian Alfin yang turun Sarah mengulurkan telapak tangannya sambil memejamkan mata dan.... . Saya dan Tika histeris, aaaaaaak Sarah berhasil, giliran saya. Jantung tetiba berpacu cepat, mulut terus mengucap bismillah. Saat hewan itu di letakkan di telapak tangan, seperti ada duri-duri lembut yang jalan dan bergerak, ternyata bulu babi mempunyai bagian lunak di tubuh bagian bawahnya, oke cukup. Hanya kurang dari 1 menit saya sudah melemparnya kembali ke laut. Cool !!
Puas main kami banyak mengobrol sambil makan ice cream, sayang sekali waktu kita begitu mepet karena kita bertiga harus kembali ke Jakarta ditambah belum packing. Jam setengah 2 kami kembali ke pulau, mereka kembali mengontek kerabat untuk meminjam perahu. Entah harus memberi mereka apa selain beribu ucapan terimakasih, entah apa jadinya kita hari itu tanpa bertemu mereka, pemuda-pemuda super baik. Hanya bertukar kontek saja hal terakhir yang bisa kami lakukan, lagi-lagi terimakasih Ryan dan Alfin ;’))
2 komentar
Pulau Pramuka juga pulau pertama dalam keluarga besar Kepulauan Seribu yang saya kunjungi. Bedanya waktu itu kita iuran dengan teman kampus, sudah booking dr jauh paket nginep, snorkling dan keliling pulau...
ReplyDeleteSatu2nya pulau yg pernah aku kunjungin mas, aku belum pernah keliling pulau seribu huhuuu
DeletePembaca yang baik selalu meninggalkan jejak :)